Senin, 31 Oktober 2016
KISAH SINGKAT KALAH MASA KULIAH
Palembang, KejahatanSumsel
Awal yang di niatkan untuk bahagia dengan isinya penuh warna namun berbeda diujung perjalanannya. Mungkin itulah yang kurasakan semasa menuduki bangku perkuliahan.
Berawal di tahun 2010 silam saat saya pulang ke kampung halaman dari kota yang katanya 'lebih kejam dari ibu tiri' guna memperkaya diri, dengan berbekal ilmu selepas di tahun 2008 lalu, saat saya selesai dibangku sekolah atas.
Ditahun 2010 tersebut, saya berniat dalam hati untuk mencari ilmu sembari mencari jodoh seperti kata pepatah sambil menyelam minum air. Saat pertama menginjakan kaki disalahsatu Universitas Islam Negeri di Kota yang terkenal dengan sebutan Kota Pempek, tempat dimana saya memutuskan untuk menimbah ilmu.
Saat itu, saya sangat bahagia dengan awal perkuliahan yang penuh warnah, baik diwarni dengan kisah persahabatan, permusuhan sekaligus perkelahian, kesulitan ekonomi, dan percintaan.
Namun saya tak mau mengingat semua kisah diatas kecuali kisah cinta. Dikampus yang penuh wanita berhijab itu (katanya), mulai dari semester pertama hingga saya 'last go' di semester tujuh banyak sekali, wanita yang membuat saya jatuh cinta. Dari sekian banyak perempuan tersebut, tak banyak, yang wanita yang memiliki rasa yang sama kepadaku alias hanya aku yang suka sama dia, dan dia tidak.
Saat mengutarakan rasa, hanya sebagian kecil dari wanita itu yang mengatakan 'Aku mau', yang lainnya, ada yang jawab 'gak ah', ada juga yang diam lalu kabur, ada yang melotot saat saya bilang saya cinta padanya sambil melengoskan mukanya. Ah banyaklah.
Meskipun begitu, tak apalah, karena dari sekian banyak wanita yang menolak ada tiga diantara satu yang menerima aku untuk jadi pilihannya bahkan berlanjut hingga, kalau aku tidak lupa tiga semesteran. Selama batas waktu berpacaran dengan banyak sekali kisah indah yang aku rasakan, seperti dikalah aku sedih belaianya selalu ada di atas kepalaku, dan masih banyak lagi yang tak mungkin ku tulis takut kecepolasan.
Dan yang tak mungkin aku lupakan dikalah saat fakultasku mengadakan acara hip-hip hura-hura yang orang-orang kampus sebut sebagai ajang Praktek Kerja Lapangan (PKL) di tiga kota yang ada di negara anta beranta ini (RI). Saat itu, aku ingat sekali, dikalah pihak kampus memberikan persyaratan bagi siapa yang ingin ikut acara hip-hip hura-hura tersebut harus menyiapkan dana yang kalah tidak salah hingga Rp 2 jutaan.
Ketika itu, aku kebingunan bangaimana agar bisa mengikuti keinginan kampus untuk pergi ke tiga tersebut. Dengan memutar otak dan lidahku bersilat menuturkan perkataan mendayu untuk mengharapkan belas kasih bantuan dari seseorang, hingga akhirnya sebagian dana tersebut kuperoleh dari orang yang tak terduga-duga. Tau siapa orang tersebut yakni seorang dosen yang sebagian kalangan mahasiswa membencinya lantaran dianggap terlalu tegas.
Singkat cerita, setelah berhasil mendapatkan bantuan dari ibu dosen yang aku anggap'malaikat penyelamat' aku bisa menghela nafas sebentar lantaran hanya sebagian nominal yang dipinjamkannya kepada ku dari dana yang dipatok pihak kampus untuk berangkat ketiga kota di negeri anta beranta ini.
Setelah bisa menghela nafas sebentar, aku kembali dibuat pusing lagi lantaran untuk mencari pasokan dan guna mencukupi dana yang di patok pihak kampus tersebut. Setelah pasrah dan sempat terbesit untuk tak mau mengikuti kunjungan yang penuh hiporia bagi kalangan anak-anak orang berduit itu, tuhan berkata lain akhirnya pertolongan tuhan melalui malaikat yang kusayang dulu datang menghampiriku. Mungkin karena melihat aku kebingungan saat aku duduk di salahsatu pojok kosannya, ia akhirnya menanyakan gerangan apa yang membuka raut muka kakanda yang tampan ini seperti nampak soul sepatu.
Dengan nada memelas, kakanda akhirnya terpaksa menyampaikan pada adindanya yang pada saat itu tengah duduk berdua di sebuah ruangan yang ada di pojok kosannya. Kakanda cakap menjawab pertanyaan andindanya kalah itu, jika kakandan nampak seperti soul sepatu karena bingung bagaimana bisa mengikuti acara hip-hip hura-hura yang diadakan pihak kampus, katanya itu wajib buat semua mahasiswa jika tidak mengikuti akan perpengaruh pada sistem perkuliahan.
Lanjut, mungkin dikarenakan rasa sayang adinda atau hanya kasiahan dia (adindaku) diwaktu kuliah memberi aku solusi dengan memberikan sebagian uang yang baru jam diterimanya dari orang tuanya yang ada di desa. Hal itu yang selalu aku ingat demi aku yang hina ini dia rela memberikan uang itu yang aku tau pasti dia sendiri juga memerlukan uang.
Setelah menerima uang yang sebenarnya berat aku terima, selang beberapa menit kemudian, dengan wajah yang berpura-pura sedih kedua kaki ini beranjak menuju kampus sembari mulut mengutarakan perkataan 'thank you' pada sang adinda.
Usai itu, semua uang yang aku dapatkan tersebut kusetorkan dengan pihak kampus meskipun kedua tangan ini berat untuk memberikannya lantaran terpengaruh dengan isi otak yang berpikir broo enak kamu happy kan aja uang ini. Tak mau di bodohin tangan dan otak yang ada di tubuhku itu, aku lantas langsung saja memberikan uang tersebut sekali meskipun dalam keadaan menyesal. (***)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar